Konsep Dasar Pendidikan Dalam Konteks Kesadaran
Masyarakat Muslim Yang Berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul
Masyarakat Muslim Yang Berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul
Disusun untuk memenuhi tugas Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Usman, SS, M.Ag
Dosen Pengampu : Dr. Usman, SS, M.Ag
Nama : Hanif
Miftahudin
NIM : 16410093
No.Absen :
NIM : 16410093
No.Absen :
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Semester II/ 2017
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Semester II/ 2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Konsep Dasar Pendidikan Dalam Konteks Kesadaran Masyarakat
Muslim Yang Berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konsep Dasar Pendidikan
Dalam Konteks Kesadaran Masyarakat Muslim Yang Berlandaskan Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Y ogyakarta, 10 Maret 2017
Hanif Miftahudin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A.
LATAR
BELAKANG.............................................................................
B.
RUMUSAN
MASALAH.........................................................................
C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
KONSEP
PENDIDIKAN DALAM ISLAM....................................
B.
TINGKAT
KESADARAN MASYARAKAT MUSLIM TENTANG PENDIDIKAN
C.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KESADARAN MASYARKAT MUSLIM TENTANG PENDIDIKAN...............................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
A.
KESIMPULAN........................................................................................
B. KRITIK DAN SARAN............................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATARAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang sangat
strategis dalam membangun sebuah peradaban, khususnya peradaban yang Islami.
Bahkan, ayat pertama diturunkan oleh Allah sangat berhubungan dengan
pendidikan. Proses dakwah Rasulullah pun dalam menyebarkan Islam dan membangun
peradaban tidak lepas dari pendidikan Rasul terhadap para sahabat. Dimulai dari
sebuah rumah kecil “Darul Arqom” sampai membentang ke seberang benua. Diawali
beberapa sahabat sampai tersebar ke jutaan umat manusia di penjuru dunia.
Sebuah proses yang pernah menorehkan sejarah peradaban yang membanggakan bagi umat
Islam, Madinah Al-Munawarah. Sejarahpun mencatat banyak Negara yang memperkokoh
bangsanya ataupun bisa segera bangkit dari keterpurukan dengan upaya membangun
pendidikan.
Pada hakikatnya manusia sebagai khalifah
Allah dibumi ini.[1] Wajar, karena dari pendidikanlah lahir sebuah generasi
yang diharapkan mampu membangun peradaban tersebut. Hal tersebut mengisyaratkan
bahwa kemajuan pendidikan akan menjadi salah satu pengaruh kuat terhadap
kemajuan atau kegemilangan sebuah peradaban. Namun, konsep atau teori
pendidikan mengalami sebuah perdebatan hangat bagi para pakar atau ilmuwan.
Peran pendidikan yang semakin disadari pentingnya dalam melahirkan sebuah
generasi tidaklah cukup tanpa disertai oleh konsep yang benar. Apabila kita
menerima teori ilmiah empiris sebagai sebuah paradigma dalam teori pendidikan,
maka disadari atau tidak berarti kita telah meninggalkan hal-hal yang bersifat
metafisis dalam Al-Qur`an dan Sunnah. Metode ilmiah dalam membangun sebuah
teori harus dapat diamati oleh panca indera. Sebuah teori yang belum bisa
dibuktikan secara empiris tidak bisa dijadikan dasar dalam menyusun sebuah
teori termasuk didalamnya teori pendidikan. Padahal, Al-Qur`an yang diwahyukan
melalui Nabi Muhammad SAW, dari masa ke masa selalu berkembang pembuktian
terhadap mukjizat Ilmiahnya, mulai dari masa lampau sampai masa yang akan
datang.
Menyesuaikan dengan kemampuan manusia
dalam membaca mukjizat tersebut. Dalam Surat Al-An’am ayat 38 “Tiadalah kami
alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka
dihimpunkan”. Ditegaskan juga dalam ayat lain, yaitu surat An Nahl ayat 89
“kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.” Untuk itu menjadi hal yang sangat penting dan mendasar bagi para muslim
untuk memahami konsep pendidikan menurut Al-Qur`an dan Al-Sunnah. Konsep dasar
yang perlu untuk dikaji berawal dari definisi atau pengertian pendidikan yang
disandarkan pada Al-Qur`an dan As-Sunnah.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
Konsep Pendidikan Dalam Islam yang sesuai dengan Al-qur’an dan hadits?
2.
Bagaimana
Tingkat Kesadaran Masyarakat Tentang Pendidikan?
3.
Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran
Masyarakat Muslim Tentang Pendidikan?
C.
TUJUAN MASALAH
1.
Mampu Memahami konsep Pendidikan
Dalam islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits
2.
Mengetahui Tingkat Kesadaran
Masyarakat Tentang Pendidikan
3.
Mengetahui Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kesadaran Masyarakat Tentang Pendidikan
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP
PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS
Kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah terletak pada
kemampuan akal pikirannya. Menurut Ibnu Khaldunmanusia adalah makhluk yang
berfikir. Oleh karena itu ia mampu melahirkan ilmu (pengetahuan) dan teknologi.
Sifat-sifat seperti ini tidak dimiliki makhluk lainya. Lewat kemampuan
berfikirnya itu manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh
perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-proses
yang seperti ini melahirkan peradaban. Untuk mengantarkan pada suatu pemikiran
yang dinamis dan prospektif Al-Qur’an mengajarkan umat manusia untuk selalu
membaca (belajar). Konteks membaca baik secara tekstual maupun membaca secara
kontekstual. Sebenarnya membaca dan menulis menjadi simbol pertama dan utama
dalam ajaran Al-Qur;an sebagaimana firman Allah yang pertama dalam surat
Al-Alaq;
اقراء باسم ربك الذي خلق. خلق الإنسان من علق. إقراء وربك الأكرم.
الذي علم بالقلم .علم الانسان مالم يعلم
“Bacalah
dengan (menyebut) Nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia tela menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yg pemurah. Yang mengajar dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.”
(Q.S. Al-‘Alaq/ 96: 1-5 )
Dari firman diatas betapa Allah SWT. sangat apresiatif
terhadap ilmu pengetahuan. Dia memberi isyarat pentingnya manusia untuk belajar
membaca dan menulis dan menganalisa dari segala yang ada ini dengan diberi
potensi akal sebagai pisau pengasahnya. Dengan membaca dan menulis, manusia
akan eksis menjadi khalifah di bumi sebagaimana yang dijanjikan-Nya.
Dengan diawali membaca, menulis dan selanjutnya mengetahui
jagat raya dan dibalik semuanya, kemudian manusia beriman, disinilah baru
nampak kedudukan manusia yang tinggi, sebagaimana Allah SWT. berfirman:
…يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات، والله بماتعملون
خبير.
“…niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antarmu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuanbeberapa derajat. Dan Alla Maha mengatahui apa yang kam
kerjakan”.(Q.S. Al-Mujaadilah/ 58: 11).
Dengan demikian betapa pentingnya pendidikan dalam
Al-Qur’an. Pendidikan dengan melalui media membaca, menulis dan menganalisa
segala relaitas yang terbesit dalam benak manusia menjadi keniscayaan bagi
manusia yg memiliki potensi sehingga lebih sempurna ketimbang makhluk Tuhan
lainnya. Tentunya apabila potensi tersebut digunakan secara dinamis dan benar
akan mengantarkan manusia pada posisi hasanah di dunia dan hasanah di akhirat.
Dalam hadits juga telah dijelaskan mengenai konsep pedidikan
bahwa manusia sebagai makhluk yang diwajibkan untuk mengajar atau mendidik
orang lain karena memang telah diberi fitrah sebagai pendidik atau pengajar.
Sebagaimana sabda nabi SAW yang diriwayatkan oleh Baihaqi
“ Aku diutus (Allah) untuk menjadi pengajar” dan “jadilah
kamu pengajar atau pelajar (orang yang belajar) atau pendengar akan penlajaran,
atau pecinta pelajaran janganlah menjadi orang yang kelima maka rusaklah kamu”.[1]
B.
TINGAKAT
KESADARAN MASYARAKAT MUSLIM TENTANG PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia,
karenanya pendidikan sangat dibutuhkan dalam menunjang pekerjaan yang ada, baik
pendidikan formal, nonformal maupun pendidikan informal. Menurut Penulis,
kesadaran akan pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, terutama pada
masyarakat daerah yang terpencil. Bahkan di kota-kota besar masih banyak
masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran akan pendidikan rendah. Sangat
disayangkan, tapi inilah kenyataannya. Di zaman sudah modern seperti sekarang,
teknologi sudah semakin canggih masih ada masyarakat yang kurang peduli
bagaimana pentingnya pendidikan. Adapun yang membuat masyarakat kurang
mementingkan pendidikan, diantaranya ketidak tahuan akan pentingnya pendidikan
bagi kelangsungan hidup.
Banyak dari masyarakat pedesaan yang berpikir “untuk apa sekolah”
Bagi masyarakat, kalau sudah bisa mencari uang tidak perlu sekolah lagi.
Masyarakat kurang tahu bahwa pendidikan sekolah sangat diperlukan untuk
menunjang mereka di masa depan. Bagi masyarakat, sarana dan prasarana untuk
menunjang kegiatan pendidikan dan sudah banyak yang rusak sarana dan prasarana
yang sudah ada, hal itu membuat mereka semakin malas untuk sekolah. Masyarakat
di desa terpencil kerap kali mendapati masalah terkait dengan pendidikan ini,
misalkan tidak ada alat transportasi dan tidak ada aliran listrik. Bagi
masyarakat desa, biaya pendidikan di Indonesia mahal, sedangkan penghasilan
mereka cuma cukup untuk makan. Mereka tidak bisa membeli seragam sekolah, sepatu,
tas, peralatan sekolah, buku dan ongkos untuk pergi kesekolah. Mungkin ini yang
sering masyarakat pedesaan memikirkan tentang pendidikan.
Untuk mengurangi rendahnya kesadaran masyarakat akan pendidikan,
perlu dilakukan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan dimasa
depan, agar masyarakat yang kurang mengetahui pentingnya pendidikan, mengadakan
kegiatan pendidikan dilakukan secara gratis tanpa ada biaya apapun. Agar
masyarakat tahu dan sadar pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka dan untuk
merubah Indonesia menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.
Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap
pendidikan, khususnya di pedesaa, karena lamanya waktu menyelesaikan pendidikan
formal hingga menjadi gelar sarjana. Bagi masyarakat seseorang yang sudah
mendapatkan gelar sarjana belum tentu akan mendapat pekerjaan seperti yang
mereka inginkan. Sekarang, banyak faktanya sarjana menganggur akibat kurangnya
lapang pekerjaan. Disamping itu, biaya sekolah untuk mendapatkan pendidikan 9
tahun saja sudah membutuhkan biaya yang cukup besar. Meskipun untuk SD dan SMP
tidak dikenakan biaya iuran SPP tiap bulannya lagi, karena sudah ada program
BOS. Sedangkan untuk tingkat SMA, SMK harus membayar iuran SPP setiap bulannya,
ditambah lagi dengan iuran OSIS yang telah ditetapkan oleh masing-masing
sekolah. Berbeda dengan SMA swasta biaya iuran SPP-nya lebih besar dibandingkan
dengan SMA Negeri.
Kondisi di atas juga disebabkan para orang tua kurang menyadari
bahwa pendidikan bagi anak-anaknya begitu penting. Kita bisa lihat kenyataan di
masyarakat, anak-anak yang kurang mampu di kota besar ataupun di pedesaan,
meraka di jalan-jalan untuk mengamen, mengemis. Semua itu dikarenakan perintah
dari orang tuanya dan mereka tidak berani untuk membantahnya. Semua yang
diminta orang tuanya karena sudah putus asa. Itulah mengapa orang tuanya
“menjadikan” anaknya pengemis, pengamen atau menjadi kuli bangunan.
Sedangakan didaerah pedesaan, kesadaran masyarakat untuk
melanjutkan pendidikan memang masih sangat rendah, itu karena mereka lebih
memilih bekerja daripada pendidikan. Ini salah satu penyebabkan seperti
disebutkan di atas, yaitu kurangnya kesadaran pribadi mereka akan pentingnya
pendidikan, serta kurangnya sosialisasi dari pihak-pihak terkait. Pengaruh
remaja yang negatip dan salah terhadap dunia pendidikan akan berpengaruh
terhadap perkembangan dan pertumbuhan remaja. Mereka bergaul dengan teman-teman
yang tidak bersekolah ataupun putus sekolah akan berpengaruh dengan mereka,
sehingga mereka memutuskan untuk berhenti bersekolah atau berhenti melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. Mereka lebih memilih untuk bekerja ataupan
memilih untuk menikah. Kebanyakan remaja sekarang setelah lulus SMA banyak yang
menikah, tidak melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi. Bahkan sangat
disayangkan setelah lulus SMP pun ada juga sebagian dari remaja menikah,
ataupun tidak melanjutkan pendidikan.
Alasan mereka bekerja untuk membantu ekonomi orang tuanya. Padahal,
ada orang tua yang ingin anaknya melanjutkan pendidikan agar mempunyai masa
depan yang jelas, biarpun orang tuanya bodoh asalkan anaknya pintar dan
mempunyai masa depan. Itulah orang tua yang mempunyai kesadaran pantingnya
pendidikan dimasa depan. Ada juga orang tua yang melarang anaknya melanjutkan
pendidikan, dengan alasan tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolah anaknya.
Inilah orang tua yang belum sadar pentingnya pendidikan. Karena mereka kurang
mencari informasi tentang pendidikan, sekarang sudah banyak sekali perguruan
tinggi yang membebaskan biaya mereka selama kuliah, itu sangat disayangkan bagi
mereka yang ingin melanjutkan pendidikan dan berprestasi. Mungkin didaerah
pedesaan ekonomilah yang menjadi alasan utama mereka tidak dapat melanjutkan
pendidikan lebih tinggi.
Kita sebagai generasi penerus bangsa harus mengutamakan kedasaran
dalam diri sendiri, agar dimasa yang akan datang kesadaran masyarakat Indonesia
dapat lebih baik lagi dari sekarang. Selain itu, para orang tua harus memiliki
peran penting akan kesadaran pendidikan dari dalam diri sendiri. Kita harus
menjaga diri sendiri dengan menjaga sistem pendidikan yang ada di Indonesia
saat ini. Orang tua yang mempunyai jalan pemikiran sempit dengan menganggap
pendidikan tidak penting akan membuat anak-anak mereka tidak dapat mengenyam
pendidikan formal, maka mereka akan menjadi sampah bagi masyarakat, karena
pengganggu ketentraman di masyarakat. Ini dikarenakan kurangnya pendidikan,
pengalaman ataupun tidak memiliki keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, mari kita dan seluruh elemen terkait bersama-sama pemerintah
jangan ada kata berhenti untuk peduli dalam bentuk kerja nyata mengikis
rendahnya kesadaran akan pentingtnya sebuah pendidikan, dengan cara
menggencarkan sosialisasi hingga ke pelosok negeri, dan diiringi dengan bantuan
biaya pendidikan baik yang dialokasikan dari APBD/APBN, maupun dari dana-dana
swasta.
+
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKSADARAN
MASYARAKAT TENTANG PENDIDIKAN
orang tua yang mempunyai jalan pikiran sempit yang menganggap
pendidikan tidak penting, mengakibatkan anak-anak mereka yang tidak mengenyam
pendidikan formal akan menjadi beban bagi masyarakat bahkan sering menjadi
pengganggu ketentraman masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya
pendidikan atau pengalaman intelektualnya, serta tidak memiliki keterampilan
yang menopang kehidupan sehari-hari.
Menurut Dalyono (2008), rendahnya minat orang tua terhadap
pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor pribadi (tingkat
kesadaran), faktor ekonomi, faktor sosial budaya (social cultur), dan faktor
letak geografis sekolah. Penelitian Firdaus (2005) menyebutkan bahwa rendahnya
minat orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke Sekolah Menengah
Pertama disebabkan: Pertama, faktor sosial budaya sebesar 87,3%. Kedua, faktor
kurangnya biaya pendidikan (ekonomi tidak mampu) diperoleh sebesar 86,0%.
Ketiga, faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan
(faktor orang tua) diperoleh sebesar 59,1%. Keempat, letak geografis sekolah
sebesar 50,8%.
Di daerah pelosok atau terpencil termasuk daerah tempat saya
tinggal, kesadaran untuk melanjutkan pendidikan memang sangat kurang. Mereka
lebih memilih bekerja daripada melanjutkan pendidikan. Kebanyakan faktor yang
disebabkan adalah kurangnya kesadaran pribadi, faktor ekonomi dan faktor sosial
budaya. Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa
pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Para remaja selalu melakukan kontak
dengan masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap
dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
remaja tersebut. Remaja yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah
atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Sehingga mereka memutuskan
untuk tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, karena teman-temannya
juga tidak melanjutkan sekolah. Mereka memilih untuk mencari uang dengan alasan
membantu orang tua, padahal orang tua mereka menginginkan anak-anaknya
melanjutkan sekolah agar mempunyai masa depan yang jelas, “Biarlah orang tuanya
bodoh, yang penting anaknya pintar, dan mempunyai masa depan.” Itulah semboyan
orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan dan masa depan
anaknya. Ada juga orang tua yang belum sadar akan pentingnya pendidikan, anaknya
mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikan tetapi orang tuanya melarang,
dengan alasan tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolah, sedangkan kebutuhan
yang belum terpenuhi masih banyak, “buat apa sekolah tinggi, toh pada akhirnya
kerja di pabrik atau jadi kuli bangunan, nyatanya si A sudah jadi sarjana
tetapi sampai sekarang masih menganggur.” Pemikiran-pemikiran seperti itu yang
membuat mereka belum sadar akan pentingnya pendidikan. Berhasil atau tidaknya
seseorang itu tergantung pada usaha manusia itu sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang membuat masyarakat kurang
mementingkan pendidikan diantanranya :
1.
Ketidaktahuan akan pentingnya
pendidikan bagi kelangsungan hidup Banyak dari mereka (masyarakat pedesaan)
yang berpikir “untuk apa sekolah? Asalkan sudah bisa mencari uang tidak perlu
sekolah” padahalkan pendidikan di sekolah juga perlu untuk menunjang karier
mereka di masa depan nanti siapa tahu menjadi orang sukses.
2.
Tidak memadainya sarana dan
prasarana yang menunjang kegiatan pendidikan Kurangnya bahkan rusaknya sarana
dan prasarana yang telah ada, membuat masyarakat semakin malas untuk sekolah,
untuk mengenyam pendidikan. Sudah sepatutnya pemerintah dan kita bersama-sama
membantu memfasilitasi mereka
3.
Letak geografis yang menyulitkan
untuk mengakses masyarakat di desa terpencil. Letak geografis kerap kali
menjadi kendala untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat pedesaan, mulai
dari naik turun bukit, tidak ada alat transportasi, sampai tidak adanya aliran
listrik.
4.
Mahalnya biaya pendidikan “Biaya
pendidikan di Indonesia mahal, sedangkan penghasilan cuma cukup buat makan
saja. Belum beli seragam, sepatu, tas, peralatan sekolah, buku, belum lagi kalo
ada tugas-tugas, terus tiap hari perlu ongkos ke sekolah” mungkin
kalimat-kalimat ini yang sering terlintas di benak masyarakat pedesaan jika
memikirkan tentang pendidikan.
D.
SOLUSI UNTUK MENYADARKAN MASYARAKAT
TENTANG PENDIDIKAN
Beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk mengurangi rendahnya kesadaran akan pendidikan :
1.
Mengadakan sosialisasi mengenai
pentingnya pendidikan bagi kehidupan Pemerintah perlu mengadakan kegiatan
sosialisasi bagi mereka masyarakat yang dirasa kurang mengetahui arti
pentingnya pendidikan.
2.
Melengkapi sarana dan prasarana
khususnya di daerah yang terpencil Saya rasa, pemerintah telah memberikan
sarana dan prasarana pendidikan di desa terpencil. Akan tetapi pemerintah juga
perlu menindaklanjuti/melakukan pengawasan terhadap penggunaan sarana dan
prasaran yang telah di berikan agar tidak sia-sia.
3.
Melakukan lebih banyak kegiatan
pendidikan di daerah terpencil sacara gratis Sebaiknya pengadaan kegiatan
pendidikan di lakukan secara gratis, tanpa di pungut biaya apapun.
4.
Membuat program beasiswa bagi
masyarakat yang membutuhkan Sekarang telah banyak program beasiswa pendidikan
untuk masyarakat. Mulai dari beasiswa ekonomi/sosial sampai beasiswa
berprestasi, tentunya pemerintah harus melaksanakannya dengan benar jangan
sampai salah sasaran.
5.
Tidak mempersulit masyarakat yang
ingin mendapatkan pendidikan Sebaiknya pemerintah juga tidak mempersulit
masyarakat yang ingin bersekolah atau menuntut ilmu dengan membuat sistem
administrasi yang sederhana yang mudah di pahami oleh masyarakat. Semua itu
tidak akan berjalan tanpa adanya kemauan dari masyarakatnya sendiri untuk merubah
Indonesia menjadi lebih baik lagi. Dan bagi pemerintah semua itu hanyalah
wacana biasa jika kalian hanya melihatnya tanpa ada niat untuk melaksanakannya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
“Maka Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat,” (Q.S. Al
Mujadalah: 11)
Pendidikan islam adalah pendidikan Rabbaniyah, karena tujuan
pendidikan Islam tidak menyimpang dari esensial utama dari ajaran agama Islam,
yaitu menciptakan manusai yang yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Islam
adalah agama rahmatanlil’alamin akan mengajarkan manusia menjadi manusia yang
sempurna (insan kamil). Yang akan beriman dan bertakwa ketika bertambah ilmu
serta akan tetap menjaga amanah sebagai khalifah di bumi.
Masalah yang dihadapi pendidikan Islam saat ini adalah tantangan
global dalam paham kapitalisme dimana segala aspek dikuasi oleh kapitalisme
barat, termasuk dunia pendidikan. Sehingga umat islam harus bisa bangkit dari
tidur lamanya dalam perkembangan ilmu pengetahuan untuk mengatasi permasalahan
ini.
Pendidikan Islam memerlukan konsep pendidikan yang baru dan menarik
untuk dapat keluar dari cengkraman kapitalisme global, yaitu dengan melihat
kembali sejarah pendidikan islam di masa kejayaannya, di abad pertengahan
masehi. Islam harus mengembalikan integrasi ilmu, yaitu menyatukan ilmu agama
dengan dan Ilmu dunia. Maka dengan ini pendidikan islam akan mampu menciptakan
manusia yang sempurna, insan kamil. Manusia yang bertakwa kepada Allah. Selain
itu juga akan menciptakan manusia yang mandiri, yang akan mampu memciptakan
negara dan masyarakatnya peduli akan pendidikan Islam. sehingga masalah
pembiayaan dalam pendidikan dapat terselesaikan.
B.
SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
untuk perbaikan ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar
Ilmu Pendidikan Islam, (semarang: PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2013) hal 12
Kemas Badaruddin, Analisis Pemikiran Prof Dr Syeh Muhammad Al Naquib Al Attas.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2009)
Abdul Aziz, Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam.(Yogyakarta:Teras,2009)
Muhammad Zein, Materi Filsafat Pendidikan Islam.(Yogyakarta:Sumbangsih Offset,1985)
[1] Nur
Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (semarang: PT PUSTAKA RIZKI
PUTRA, 2013) hal 12